zmedia

🎓Dari Kapur ke Layar: Transformasi Pembelajaran di Era Digital

Ilustrasi oleh penulis:
Menggambarkan pergeseran pembelajaran dari papan tulis ke pembelajaran digital.

Dulu, hampir setiap pagi di ruang kelas kita bisa mendengar suara khas: kapur menari di papan tulis, kadang berderit pelan, kadang patah jadi dua. Guru menulis soal di depan, siswa sibuk menyalin di buku tulis. Itu sudah jadi rutinitas. Tapi sekarang, suasananya berubah. Papan tulis perlahan tergeser oleh layar. Bukan lagi kapur, tapi klik mouse dan sentuhan layar yang jadi alat utama belajar.

Di banyak sekolah, termasuk di pelosok seperti Balantak, perlahan-lahan kita mulai masuk ke dunia baru: dunia digital. Bukan lagi sesuatu yang hanya bisa dinikmati sekolah di kota besar, sekarang teknologi juga mulai hadir di ruang-ruang kelas kita—meskipun jalannya masih bertahap dan penuh tantangan.

Yang menarik, perubahan ini tidak terjadi sekaligus. Ada sekolah yang mulai dengan hal sederhana: mengunduh video pembelajaran dari YouTube, lalu diputarkan lewat proyektor pinjaman. Ada juga guru-guru muda yang memperkenalkan aplikasi seperti Kahoot atau membuat kuis lewat Google Form. Bahkan ada yang masih harus berbagi laptop dengan rekan sesama guru, tapi tetap semangat belajar agar tak tertinggal zaman.

Tentu saja, tidak semua berjalan mulus. Internet masih jadi masalah besar di beberapa desa. Kadang sinyal datang dan pergi sesuka hati. Di sisi lain, tak semua guru akrab dengan teknologi. Tapi semangat mereka luar biasa. Banyak yang belajar secara otodidak, ikut pelatihan daring, bahkan minta diajari anaknya sendiri di rumah. Yang penting, tetap belajar dan tidak menyerah.

Orang tua juga pelan-pelan mulai ikut terlibat. Dulu mungkin cukup mengantar anak ke sekolah, sekarang mereka juga belajar mengakses tugas lewat HP, atau ikut meminjamkan gawai ke anak supaya bisa ikut pembelajaran daring. Sebuah perubahan kecil, tapi punya dampak besar.

Digitalisasi bukan tentang mengganti guru dengan mesin, tapi tentang membuat proses belajar lebih hidup, lebih luas, dan lebih menyenangkan. Kita tidak lagi terbatas oleh dinding kelas. Sumber belajar ada di mana-mana, tinggal bagaimana kita bisa mengaksesnya dan membimbing siswa agar bijak dalam menggunakan teknologi.

Kalau ditanya, “Apakah sekolah kita sudah digital sepenuhnya?” Tentu belum. Tapi arah itu sudah terlihat. Kita sedang berjalan ke sana, pelan tapi pasti. Dari kapur ke layar, dari cara lama ke cara baru, dari sekadar mengajar menjadi menginspirasi.

Dan siapa tahu, suatu hari nanti, anak-anak kita akan mengenang suara kapur di papan tulis seperti kita mengenang suara kaset pita: klasik, penuh kenangan, tapi sudah berganti zaman.

Posting Komentar untuk "🎓Dari Kapur ke Layar: Transformasi Pembelajaran di Era Digital"